Sejarah Cincin dimulai di Mesir Kuno sebagai symbol lingkaran digunakan untuk melambangkan siklus tidak pernah berakhir. Cincin Pasangan digunakan selama zaman Romawi. Pria Romawi memberikan cincin pada wanita yang merupakan simbolis untuk melindungi dan menghargai pasangannya.
Cincin ditempatkan di jari manis di tangan kiri, karena orang Mesir kuno percaya bahwa itu berisi pembuluh darah yang mengarah ke jantung ( vena amoris ). Roma percaya cincin sebagai simbol untuk kepemilikan bukan cinta. Ini berarti bahwa suami akan mengklaim istrinya. Pada abad kedua SM, pengantin Romawi diberikan dua cincin, satu emas yang dia kenakan di depan umum, dan satu terbuat dari besi, yang dia bisa dipakai di rumah sambil melakukan pekerjaan rumah.
Secara Historis, penggunaan cincin tidak selalu menandakan sebuah pernikahan, namun juga sebagai tanda sayang maupun persahabatan. Sejarah cincin pertunangan pertama berasal dari 1215, ketika Pobe Innocent III mengisyaratkan cincin menjadi syarat dari masa tunggu antara janji pernikahan, dan upacara pernikahan yang sebenarnya. Cincin itu kemudian ditandai pengabdian pasangan satu sama lain. Selama periode waktu dari masa kemasa, cincin juga di representasikan sebagai tingkatan sosial seseorang, semakin mahal cincinnya berarti memiliki tingkatan sosial yang tinggi pula.
Pada abad ke-21, di banyak kebudayaan. Cincin sudah dikenal sebagai alat pengikat satu pasangan dengan yang lain. Cincin dikenakan secara terus menerus yang merupakan symbol dari mereka untuk mempertahankan komitmen yang mereka pegang