Tuesday, 27 December 2016

Kerajaan Hindu dan Budha di indonesia



Zaman Pra-Kerajaan
Persebaran indonesia di perkirakan masuk sekitar 2000SM di perkirakan dari Yunan Tiongkok, ataupun kebudayaan Dong son Taiwan yang menyebar serta memperkenalkan Teknik pertanian dengan sistem pengairan, Pengorbanan Kerbau sebagai Ritual, Tekhnik peleburan logam, teknik menenun dan budaya kuburan batu. Beberapa budaya ini masih eksis di Toraja,Dayak, Batak beberapa daerah di nusa tenggara, maupun budaya lainnya.




Teknik pertanian sudah maju pada abad 8 SM. Teknik penanaman padi di lapangan besar (Sawah ) sudah di kenal di indonesia. Di zaman itu sudah terbentuk desa-desa kecil,  Pasar-Pasar dengan sistem barter sudah mulai ada dan itu berkembang pesat setidaknya abad 1 SM. Sistem budaya dengan kepemimpinan kepala suku sudah mulai ada dan berevolusi menjadi agama etnis tertentu dari suku mereka sendiri. Salah satunya adalah kebudayaan Buni. Kebudayaan ini sudah ada sekitar abad ke 4SM sampai abad ke 1 SM di jawa barat. Kebudayaan Buni adalah cikal bakal dari kerajaan tarumanegara.

Zaman kerajaan
Indonesia seperti halnya di Asia tenggara lainnya terpengaruh budaya india dan agama hindu (Agama Hindu sudah ada 3000 SM) dalam hal sistem kerajaan hal ini di pengaruhi oleh kerajaan Palawa, Gupta, Pala Dan Chola, dari penanggalan sebelum masehi sampai abad ke 12.

Dvipantara dan Yawadwipa
di temukan Transkrip sansekerta 200 SM yang menyebutkan DVIPANTARA dan Yawadwipa. yang berarti negara Sumatera, dan Jawa sudah ada di masa tersebut. Menurut naskah kuno Tamil manimekalai jawa sudah memiliki kerajaan beranama Nagapuram (Yawadwipa). Peninggalan tertua  yang dianggap bukti adanya budaya besar bahkan kemungkinan adanya kerajaan adalah arca Ganesha di Gunung Raksa di pulau Panaitan sekitar abad ke 1 Masehi dengan latar kerajaan dan bangsa yang belum di ketahui.

Kerajaan Salaknagara (130-363)
Hanya sedikit catatan sejarah yang di temukan dari kerajaan ini. Sumber sejarah adalah  naskah Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara dan berberapa sumber catatan tiongkok. Menurut pustaka kerajaan ini di dirikan oleh seorang Duta besar atau pedagang yang di kirim india untuk membangun hubungan dengan Javadwipa. Kerajaan ini didirikan Tahun 130M-362 M. Pendiri kerajaan beranama Aki Tirem berikut nama raja yang berkuasa
  1. Dewawarman I
  2. Dewawarman II
  3. Dewawarman III
  4. Dewawarman IV
  5. Dewawarman V
  6. Dewawarman VI
  7. Dewawarman VII
  8. Dewawarman VIII
Menurut sejarawan Edi S Ekajati Salaknagara adalah Argyre yang menjadi mitos pada budaya Romawi dan Yunani kuno sebagai pulau perak. Karena Salaknagara berarti negara perak dalam bahasa sansekerta.

Kerajaan Kutai (350-1605)
Merupakan Kerajaan beragama Hindu yang memiliki Bukti sejarah kerajaan tertua. Berdiri di Muara kaman, Kalimantan timur di hulu sungai mahakam. Nama Kutai sendiri diambil dari para ahli dengan mengambil nama tempat dimana ditemukannya prasasti. Namun sebenernya tidak ada Prasasti yang jelas menyebutkan nama Kerajaan tersebut.

Terdapat 7 Yupa yang menandakan eksistensi kerajaan Kutai yang berlokasi di muara kaman. Yupa merupakan Tugu batu yang berfungsi sebagai peringatan dan Pujian yang di buat para brahman kepada raja mulawarman. Yupa tersebut tertulis dengan huruf palawa. Dalam yupa tersebut di tulisakan 3 nama Penguasa pertama bernama

Kudungga  yang merupakan raja pertama

Asmawarman yang merupakan pendiri dinasti Kutai,yang di beri Nama wangsakerta

Mulawarman yang merupakan anak dari Asmawarman dan Cucu dari Kudungga yang merupakan Raja masa keemasan Kerajaan Kutai. Dimasa ini kutai menaklukan daerah-daerah lain dan memperoleh banyak kekayaan dan kekuasaan.  Beliau begitu religius terbukti dengan hadiah emas, tanah dan hewan ternak yang banyak kepada Kaum Brahmana

Berikut Nama-nama Raja di kerajaan Kutai Hindu
  1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
  2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
  3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
  10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  11. Maharaja Indra Warman Dewa
  12. Maharaja Sangga Warman Dewa
  13. Maharaja Candrawarman
  14. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
  15. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
  16. Maharaja Wijaya Warman
  17. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
  18. Maharaja Mulia Putera Warman
  19. Maharaja Nala Pandita Warman
  20. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
  21. Maharaja Dharma Setia Warman
Akhir masa kerajaan di tandai dengna terbunuhnya Maharaja Dharma setia warman di tangan Raja Kutai kertanegara Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

Kerajaan Taruma/Tarumanagara  (358-669)
Sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau jawa yang berkuasa abad 4SM Sampai 7 Sm. Kerajaan Taruma dianggap lanjutan dari Kerajaan Salak (Salaknagara) yang sudah ada terlebih dahulu, Raja pertama kerajaan ini Jayasingawarman merupakan menantu Raja Salaknagara Dewawarman VIII, Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.. Kerajaan Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan Bogor, Bekasi dan Jakarta, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Peninggalan Prasasti yang di temukan

  • Prasasti Kebon Kopi, Ciampea Bogor
Uniknya dari prasasti ini adalah Tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki Gajah Airawata yakni Tunggangan Dewa Indra

  • Prasasti Ciaruteun, Muara Cisadane, Bogor
Prasasti ini terdapat tulisan dan dua tapak kaki, yang miliki arti kekuasaan raja yang ada di daerah tersebut sekaligus penghormatan kepada dewa. Punawarman raja ketika itu diibaratkan seperti dewa wisnu. Kuat sebagai pemimpin dan melindungi rakyat yang lemah

  • Prasasti Jambu, Pasir Koleangkak, Bogor
Prasasti ini berisi tapak kaki dan juga pujian kepada Raja serta pemerintah pada masa itu

  • Prasasti Muara Cianten, Bogor
Prasasti berisi tapak kaki dengan tulisan aksara Ikal/Gambar sulur yang belum bisa terbaca

  • Prasasti Pasir Awi, Jonggol
Berpahatkan tapak kaki, gambar ranting dan buah

  • Prasasti Cidanghiyang, Pandeglang, Banten
Berisi dua bait baris kalimat yang mengisahkan keberanian raja Purnawarman dalam melawan Perompak bajak laut yang meresahkan

  • Prasasti Tugu, Cilincing, Jakarta
Menceritakan tentang, dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi. Di prasasti ini juga di sebutkan tentang pelaksanaan acara selamatan oleh brahmana disertai dengan seribu ekor sapi hadiah dari raja, serta tertulis penanggalan Prasasti Phalguna dan Caitra di duga bulan Februari dan April

Berikut raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Taruma
1 Jayasingawarman (358-382)
2 Dharmayawarman (382-395), Situs penguburan di Chandrabaga
3 Purnawarman (395-434), Masa keemasan dengan banyak Prasasti
4 Wisnuwarman (434-455)
5 Indrawarman (455-515)
6 Candrawarman (515-535) Terjadi Letusan Gunung Krakatau 535 M.
7 Suryawarman (535-561), Mendirikan Koloni baru di  Kedan (Dekat Garut)
8 Kertawarman (561-628), Mendirikan Koloni baru di Galuh oleh Wretikandayun
9 Sudhawarman (628-639)
10 Hariwangsawarman (639-640)
11 Nagajayawarman (640-666)
12 Linggawarman (666-669), Pernikahaan Dapunta Hyang dengan Putrinya Sobakancana
13 Tarusbawa (670-690) Pecahnya  Tarumanagara menjadi SundaPura dan Kerajaan Galuh

Runtuhnya kerajaan Taruma Nagara

Masa kejayaan pada masa Raja Punawarman. Kerajaan TarumaNagara merupakan cikal bakal kerajaan-kerajaan lainnya di tanah jawa dan sumatera, antara lain Manikmaya menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M. Linggawarman memiliki 2 orang puteri yang bernama manasih menjadi istri dari Tarusbawa, dan anak kedua Sobakancana yang menjadi istri Dapunta Hyang Srijayanasa yang merupakan Pendiri kerajaan Sriwijaya. Raja Linggawarman tidak memiliki anak lelaki sehingga menantu anak pertama Tarusbawa menjadi raja penerusnya. Ternyata Tarusbawa lebih memilih untuk membangun kerajaan Sundapura, mengetahui ini Kerajaan Galuh meminta untuk membagi kekuasaan kerajaan Tarumanagara, pada saat itu Kerajaan Galuh mendapat dukungan kerajaan Kalingga (Jawa tengah) karena saat itu Kerajaan Kalingga dan Galuh beraliansi atau perkawinan antara Putra raja Galuh bernama Mandiminyak menikah dengan Parwati (Putri Ratu shima), lalu Bratasenawa menikah dengan Sanaha (Cucu Ratu Shima). Dan dalam posisi lemah sekaligus menghindari perang Saudara Tarusbawa mengikuti permintaan  Raja Wretikandayun (Raja Galuh).

Tahun 670 Kerajaan Tarumanagara dipecah menjadi 2. yakni Sundapura dan Kerajaan Galuh. dengan Citarum sebagai pembatasnya.

Berkaitan dengan Prasasti kota kapur Abad 7, tentang ekspedisi Sriwijaya menundukan kerajaan di pulau jawa, hal ini bertepatan dengan menurunnya kekuasaan Tarumanegara. hal ini sangat mungkin Tarumanagara di kalahkan sriwijaya Tahun 686 M. Dalilnya sangat jelas, Sriwijaya ingin mengambil kekuasaan Tarumanagara, yang merupakan Asal Kerajaan Istri Raja pertama Sriwijaya.

Hancur oleh kerajaan Sriwijaya, Raja Tarusbawa pergi ke Pedalaman dan mendirikan kerajaan kecil di hulu sungai Cipakancilan (Saat ini Bogor), Serta meninggalkan wilayah pesisir dan pelabuhan (Banten dan jakarta) yang saat itu sudah berada dalam kendali Kerajaan Sriwijaya. Dari sinilah Daerah terpencil yang didirikan Tarusbawa kemudian menjadi Pakuan Padjadjaran  yang menjadi Cikalbakal Kerajaan Sunda.


Kerajaan Kendan (536-612)
Merupakan kerajaan aliansi Dari Tarumanegara Wilayah kekuasaan Wilayah Garut, Bandung. Didirikan Oleh seorang Brahmana Ulung, yang merupakan Keturunan Salankanaya India Selatan, yang menikah dengan Tirta Kencana Putri dari Suryawarman. Setelah menikah dengan Tirtakencana, Manikmaya di hadiahkan Kedan sebuah perbukitan di Nagreg lengkap dengan Rakyat serta Tentara.

Berikut Raja berkuasa di Kendan

Raja Maha Guru Manikmaya (536-568), yang merupakan pemuka agama Hindu, Manikmaya yang merupakan Menantu dari Suryawarman (Raja Tarumanegara VII), sama seperti Pendiri Kerajaan Tarumanagara. Manikmaya adalah seorang keturunan Salankanaya India selatan. Sebelum menikah dengan Tirtakancana, Resiguru Manikmaya sudah mengembara dari India, Tiongkok Hingga ke Nusantara Sumatera, Jawa Hingga Bali.

Raja Putra Suraliman (568 M-579 M), Merupakan Anak Manikmaya yang dikenal dengan kesaktiannya.  Bahkan Suraliman pernah menjadi Panglima Perang Kerajaan Tarumanagara. Semenjak Meninggalnya Manikmaya. Suraliman diangkat sebagai Raja Kendan (5 Okt 568 M). Suralim menikah dengan Putri Bakulapara  bernama Dewi Mutyasari yang merupakan Bangsawan Kutai keturunan langsung dari Kudungga (Raja Kutai pertama).

Raja Kandiawan. Memindahakan Pusat kerajaan yang sebelumnya di Nagreg ke wilayah Medang, Garut. hal ini di karenakan Perbedaan dimana Kandiawan merupakan Pemeluk Hindu Wisnu, namun Nagreg pemeluk Hindu Siwa. Kandiawan memiliki 5 Putera  Mangukuhan, Karungkalah, Katungmaralah, Sandanggreba, dan Wretikandayun (Kelak menjadi Raja Galuh). Kelima putranya, masing-masing menjadi raja daerah di Kulikuli, Surawulan, Peles Awi, Rawung Langit, dan Menir. Kemungkinan, lokasi kerajaan bawahan Kendan tersebut berada di sekitar Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Raja Kandiawan mengundurkan diri dan memilih menjadi pertapa di Layutawang Kuningan, dan meneruskan kekuasaan di pimpin Oleh Wretikandayun

Raja Wretikandayun. Anak dari Raja Kandiawan yang di beri kekuasaan di wilayah Menir. Dipilih sebagai penerus Kerajaan Kendan, yang memindahkan Kerajaan ini dari Medang ke wilayah Galuh, desa Karang Kamulyaan, kecamatan Cijeungjing, Ciamis Jawabarat. Raja Wretikandayun memutuskan untuk mengganti Nama Kerajaan kendan menjadi Kerajaan Galuh. Di tangan Wretikandayun, Kerajaan Galuh Memahardikakan diri dari Tarumanagara yang disetujui oleh raja berkuasa Raja Muda Tarusbawa (Maharaja Tarusbawa Sunda Sembada Manumanggalajaya) yang ketika itu Sungai Citarum sebagai pembatas kedua kerajaan.

Kerajaan Galuh (612-1528)
Didahului oleh kerajaan Kendan yang di Pimpin Oleh Raja Wretikandayun dan di dukung oleh kerajaan Kalingga yang memilih memprokalirkan diri dari Kerajaan Tarumanegara dengan kemudian mengganti Nama Kerajaan Galuh setelah berpindah Ibu kota. Kerajaan ini menjadi Kerajaan besar di Jawabarat. Dengan eksistensi yang bertahan beratus-ratus tahun

Lokasi terletak diantara sungai citarum di sebelah baratnya dan sungai Ci serayu, dan sungai Cipamali (Kali Brebes) di sebelah timur.

 1.  Wretikandayun (Rahiyangta ri Menir, 612-702)


Merupakan Keturunan dari Linggawarman (Raja Tarumanegara) merupakan pendiri kerajaan Galuh. Memiliki 3 orang anak Rahiyang Sempakwaja, Rahiyang Kidul, dan Rahiyang Mandiminyak. 

2.  Mandiminyak atau Prabu Suraghana (702-709) 
Anak ketiga dari Wretikandayun. Merupakan anak bungsu menjadi raja di karenakan Kakak sebelumnya menjadi Resiguru di Galungung dan dan Denuh. Memiliki istri Dewi Parwati yang merupakan anak dari Raja Kartikeyasingha (Raja Kalingga) . Namun Mandiminyak melakukan perbuatan nista dengan saudara iparnya sendiri dan melahirkan Sanna/Sena sedangkan dengan dari istrinya memiliki Putri bernama Sannaha. yang kemudian Sanna dan Sannaha melanjutkan kekuasaan dari sang ayah Mandiminyak

3.  Sanna atau Séna (709-716)
Anak dari Mandiminyak dari saudara Iparnya sendiri, yang menikah dengan Sannaha yang merupakan Istri Mandiminyak dengan Dewi Parwati. Sena dan Sanaha terusir dari kerajaan oleh anak dari Sempakwaja, Purbasora dan Demunawan yang merasa lebih layak menjadi Raja secara garis Keturunan Putra Mahkota. Purbasora dan Demunawan merupakan anak dari Sempakwaja (Resiguru galunggung), Sempakwaja merupakan Putra Mahkota yang tidak bisa menjadi raja karena cacat Jasmani (Ompong) dan Raja yang memutuskan menjadi Resiguru Galunggung. Sena dan keluarga mengungsi ke Gunung Marapi dan menikah lagi dengan Dewi Citrakirana anak dari Resi Padmahariwangsa 

4.  Purbasora (716-723)
Putra dari Sempakwaja dan Nay Pwahaci Rababu yang merebut kekuasaan dari Sena. Sena dan Purbasora merupakan Saudara satu ibu.  Merasa lebih layak menjadi Raja karena merasa Keturunan Putra Mahkota Sempakwaja, dan menuntut Kecakapan Sena yang merupakan Anak dari keturunan hubungan gelap. Di bantu oleh Mertuanya Raja Indraprahasta (Kerajaan Di cirebon). Sena mengungsi dan meminta perlindungan kepada Tarusbawa (Raja Tarumanagara/Sundapura).

5. Rakeyan Jambri/Sanjaya, Rakai Mataram/Harisdarma (723-732); Galuh bersatu dengan Sunda
Sanjaya merupakan anak dari Sena dan Sannaha yang menuntut balas atas terusirnya keluarganya karena PurbaSora.  Sanjaya diangkat oleh Tarusbawa sebagai menantu. Sanjaya memimpin Pasukan menyerang Galuh dan kerajaan Indraprahasta. semua keturunan Purbasora Gugur, yang berhasil Lolos hanya menantu Purbosora, yang menjadi Patih Galuh bersama dengan beberapa pasukan setianya. Sanjaya selanjutnya menjadi pemimpin, Dibawah kepemimpinannya Galuh kembali bersatu dengan Sundapura yang di pimpin oleh Tarusbawa. Sebenarnya niat serangan ini hanya sebatas membalas dendam bukan alih kuasa kerajaan. Setelah mengalahkan Purbasora, Sanjaya menghubungi Sempakwaja Ayahnya Purbasora agar Demuwaman menjadi raja. Namun Sempakwaja menolak, dan jadilah Sanjaya Raja di Galuh Sekaligus Raja Sundapura, dan kelak menjadi Raja Mataram (Jawa Tengah)

6. Tamperan Barmawijaya (732-739)
7. Sang Manarah (739-746)
8. Rakeyan ri Medang (746-753)
9. Rakeyan Diwus (753-777)
10. Rakeyan Wuwus (777-849)
11. Sang Hujung Carian (849-852)
12. Rakeyan Gendang (852-875)
13. Dewa Sanghiyang (875-882)
14. Prabu Sanghiyang (882-893)
15. Prabu Ditiya Maharaja (893-900)
16. Sang Lumahing Winduraja (900-923)
17. Sang Lumahing Kreta (923-1015)
18. Sang Lumahing Winduraja (1015-1033)
19. Rakeyan Darmasiksa (1033-1183)
20. Sang Lumahing Taman (1183-1189)
21. Sang Lumahing Tanjung (1189-1197)
22. Sang Lumahing Kikis (1197-1219)
23. Sang Lumahing Kiding (1219-1229)
24. Aki Kolot (1229-1239)
25. Prabu Maharaja (1239-1246)
26. Prabu Bunisora (1357-1371)
27. Mahaprabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475)
28. Dewa Niskala (1475-1483)
29. Ningratwangi (1483-1502)
30. Jayaningrat (1502-1528)
31. maharaja cipta sanghyang di galuh ( 1528-1595 )


Kerajaan Kalingga
Kerajaan Hindu budha selanjutnya yang belokasi di Jepara dan Pekalongan Jawa tengah. Kerajaan ini tercatat di beberapa Catatan Tiongkok kuno dengan Nama kerajaan Ho-Ling.
Menurut Catatan Lokal dan tiongkok kerajaan ini di Pimpin oleh Ratu Shima yang memiliki

Dewi Parwati anak dari yang menikah dengan Mandiminyak di kerajaan Galuh. Lalu Mandiminyak menjadi Raja dari kedua kerajaan tersebut.
Sannaha Cucu Ratu shima menikah dengan Bratasena/Sena. Sannaha dan Sena menjadi Raja Galuh yang kemudian terusir oleh Purbasora.
Sanjaya Cicit dari Ratushima yang menyerang dan membumi hanguskan Keturunan Purbasoran dan kerajaan Indraphrasta, atas pembalasan dendam terusirnya orang tuanya dari Kerajaan Galuh. Setelah Ratu Shima meninggal Sanjaya menggantikan buyutnya sebagai Raja kerajaan Kalingga utara, dan kemudian di sebut sebagai Bhumi Mataram, dan Sanjaya mendirikan Dinasti Wangsa Sanjaya/Mataram Kuno .

Pada tahun 752 berdasarkan catatan Tiongkok Kuno, kerajaan Ho-Ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dan menjadi salah satu daerah jaringan Perdagangan bersama dengan Kerajaan melayu serta Tarumanegara yang sudah di taklukan sebelumnya.

Kerajaan Sriwijaya
Merupakan kerajaan yang didirikan oleh Dapunta Hyang, yang memiliki istri bernama Sobakancana yakni Anak Linggawarman yang merupakan Raja kerajaan Tarumanagara. Merupakan kerajaan beragama Budha Mahayana.Kerajaan ini menjadi kerajaan yang besar dengan sistem berdagangan serta politik yang kuat di masa itu.

Banyak catatan sejarah Tiongkok, dan arab tentang kerajaan ini. catatan tiongkok kuno menyebutnya Shi Lan Fo Tshi / San Fo Tsi, Catatan Arab menyebutnya Zabag dan Sribuza, dan orang jawa pada masa itu menyebutnya Suvarnabhumi dan SuvarnaDwipa.

Menurut Prasasti Talang tuwo sriwijaya di dirikan di palembang tahun 683 M, atau 605 Saka. di dirikan oleh seorang yang berasal dari Minanga bernama Dapunta Hyang di tepi sungai musi palembang (Teori di dukung oleh George Coedoes dan Pierre Yves Manguin), namun ada teori lain yang menyebutkan sriwijaya di dirikan di tepian sungai kampar Riau, tempat candi muara Takus berdiri yang dianggap sebagai Minanga Tamwan.

Pada tahun 1984 adanya foto udara di palembang mengungkapkan bahwa area itu pernah ada bangunan parit, kanal, kolam serta pulau pulau buatan. catatan dari Tiongkok kuno bahwa lokasi itu merupakan daerah perdagangan dan padat penduduk. Pierre Yves Manguin menyebutkan kemungkinan kerajaan ini ada diantara Sungai musi dan Sabokingking yakni palembang pada masa kini.

Pada tahun 2013, adanya teori baru menyebutkan bahwa kerajaan ini berasal dari muaro jambi. dalam ekspedisi Arkeologi yang di lakukan oleh universitas Sriwijaya di temukan situs keagamaan dan tempat tinggal kuno di sungai batanghari tersebut. Situs yang di gali sedalam 12 M itu dianggap tempat pembelajaran para Biksu Budha dengan panjang 7,5 Km dan terdapat reruntuhan candi. catatan Tiongkok kuno menyebutkan bahwa Sriwijaya tempat pembelajaran bagi ribuan Biksu

Namun ada teori lain yang menyebutkan Dapunta Hyang berasal dari semenanjung melayu, Kabupaten Chaiya, Thailand yang awal dan merupakan pusat kerajaan sriwijaya. Chaiya merupakan bahasa melayu yang berarti Cahaya. mengacu pada kata Sriwi Jaya

Sriwijaya di ceritakan perjalanan Bala tentara yang di pimpin oleh Dapunta Hyang dengan 20.000 tentara untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan serta kekuatan Magis



Sumber
Artkel : id.wikipedia.org, en.wikipedia.org, gimonca.com
Foto :
http://www.realhistoryww.com/world_history/ancient/Kingdoms_of_Indonesia.htm
http://www.welove-indonesia.com/blog/history-indonesia/





Komentar FB
0 Komentar Blog

No comments:

Post a Comment